Kamis, 27 Januari 2011

Puteri Hawa=Lucy Pevensie?


Hari Senin pagi itu Claire menyusuri koridor sekolah dengan senyum cerah menghiasi wajahnya, makin menambah kecantikannya baik dari luar maupun dalam. Jalannya kelihatan ringan sampai-sampai Claire terlihat sedang melayang, dan membuat laki-laki yang ada di sekitarnya terpana, meskipun Claire tidak menyadari hal itu. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah memberitahu Renata apa yang dialaminya tadi malam.

Claire sampai di kelasnya dan menaruh tasnya di samping Renata sambil tersenyum padanya.

“Apakah kau berangkat jalan kaki?” tanya Renata.

“Ya.” jawab Claire. “Kau sudah mengetahui bahwa kemarin aku membeli novel,”

“Kau tidak lelah?” tanya Renata.

Claire menggeleng cepat, kemudian melihat wajah Renata yang cemberut, “Hei, Re… Kenapa mukamu lelah? Pagi ini indah? Tersenyumlah seperti matahari yang cerah…”

“Kau kenapa, Claire? Kuharap kau tidak gila,” kata Renata.

Claire masih tersenyum.

“Claire… aku tidak bercanda. Kau kenapa? Sms-mu kemarin aneh sekali, dan sekarang kau menjadi seperti ini,” tanya Renata khawatir temannya ini menjadi benar-benar gila.

“Memangnya ada apa denganku, Lady?” tanya Claire.

“Wajahmu sangat riang, seperti tidak merasakan lelahnya berjalan kaki dari rumahmu ke sekolah. Dan sms-mu kemarin sangat aneh,” jawab Renata.

“Berjalan lima kilometer tidak jauh, dan sms-ku memang seperti itu, Lady,” balas Claire.

Renata semakin kesal, “Oh, cukup! Jangan bercanda, Claire. Dari mana kau bisa menyebut wanita dengan sebutan lady? Apa yang terjadi denganmu?”

“Baiklah, aku jawab,” kata Claire tersenyum. “Re… tadi malam… aku… ke… Narnia!!”

“Claire…” Renata semakin cemas.

Tapi Claire malah menambah ceritanya, “Aku bertemu Aslan di sana dan dia berjanji akan memanggilku kembali nanti. Tapi sayang sekali, aku tidak tahu kapan aku dipanggil lagi oleh Aslan. Oh, Re! Bukankah itu menyenangkan? Aku pergi ke Narnia! Di sana aku melihat faun sedang menari-nari mengelilingi api unggun. Apakah kau ingat pada ucapan Mr. Tumnus bahwa bangsa faun menari-nari mengelilingi api unggun pada musim panas? Kurasa di Narnia sedang musim panas sekarang,”

Renata mencoba lembut, “Claire… kenapa kau mengkhayal seperti anak kecil? Apa tidak ada khayalan yang lebih dewasa sedikit? Kita sudah lima belas tahun!”

Claire menatap Renata seperti anak kecil yang lugu.

“Kapan dewasanya?” Renata khawatir.

Mendengar itu, spontan Claire tersenyum lebar, “Oh, Renata! Kau mengambil dialog sewaktu Peter dan Edmund bertengkar? Ternyata kau juga menonton bagian itu, kukira kau sudah tidur!”

“Hentikan, Claire! Sampai kapan kau ingin berkhayal tentang Narnia-mu itu? Kau terlalu lugu untuk berbohong, apakah kau pikir kau bisa membohongi aku? Jawabannya adalah tidak!! Kau tidak berbakat akting sama sekali!” bentak Renata.

Claire sangat kaget dengan ucapan Renata tadi sampai tidak bisa berkata apa-apa.

“Jangan pikir kau Lucy Pevensie yang benar-benar pergi ke Narnia! Kau tetap saja Claire Whitney, seorang gadis berusia lima belas tahun dari Inggris dan tidak akan pernah bisa ke negeri Narnia!” Renata melanjutkan keluhannya.

“Re… aku pikir kau temanku,” kata Claire.

“Aku memang temanmu. Tapi jika kau tetap saja mengkhayal tentang Narnia, maka aku bukan temanmu lagi,” balas Renata. “Sadarlah, Claire. Itu hanya film fantasi, Narnia hanyalah khayalan, dan aku tidak akan bisa percaya padamu begitu saja tanpa alasan yang tidak masuk akal,”

“Aku… aku… maafkan aku. Aku memang tidak bisa mengkhayal sesuatu yang lebih masuk akal,” Claire menggigit bibirnya dan mulai menangis karena sakit hati oleh ucapan Renata, tapi tindakan ini dirasa Renata karena Claire menyesal. “Aku rasa aku tidak akan pernah bias menjadi Julia Roberts,”

“Oh, Claire!” Renata merangkul Claire. “Sudahlah. Ini sudah berakhir, semoga persahabatan kita tidak renggang lagi, asalkan kau tidak mengkhayalkan sesuatu yang aneh lagi. Err, oh ya. Aku yakin suatu saat nanti kau akan sama seperti Julia Roberts,”

Claire semakin menangis karena sakit hati… ada, Re… negeri itu sungguh ada. Sikapmu tadi sungguh menyebalkan seperti Peter dan Susan. Aku benar-benar seperti Lucy Pevensie sekarang… Dan kurasa, aku berbakat akting menangis dengan mengatakan aku berbohong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar